Ada ritual sebelum lari yang sering diabaikan: bukan sekadar pemanasan otot, melainkan ritual nutrisi kecil yang membuat jogging terasa lebih mudah, lebih cepat pulih, dan — yang paling penting — lebih nikmat. Setelah 10 tahun menulis dan menangani pelari dari pemula sampai pelari maraton, saya lihat perbedaan besar antara mereka yang mengacak-acak asupan sebelum lari dan mereka yang punya pola sederhana tapi konsisten. Perubahan kecil—sekitar 20–40 menit dan beberapa suap makanan—bisa mengubah pengalaman lari Anda dari sekadar menempelkan satu kaki di depan yang lain menjadi aktivitas yang dinikmati.
Atur waktu makan: bukan hanya apa, tapi kapan
Waktu adalah kunci. Saya selalu menyarankan: jika lari Anda kurang dari 45 menit, fokus pada porsi kecil karbohidrat yang mudah dicerna; jika 60 menit atau lebih, tambahkan lebih banyak karbohidrat dan sedikit protein. Secara praktis itu berarti 20–40 gram karbohidrat untuk lari pendek (contoh: 1 pisang atau sepotong roti panggang), dan 30–60 gram untuk lari panjang (contoh: dua iris roti dengan madu atau segelas oatmeal kecil). Beri jeda 20–60 menit jika Anda makan sesuatu; itu cukup untuk mengurangi beban lambung tanpa kehilangan energi.
Pernah menangani pelari yang konsisten merasa mual sebelum lomba. Setelah merekam waktu makan dan jenis makanan, perubahan sederhana—memindahkan camilan 40 menit sebelum start dan memilih karbohidrat rendah lemak—menurunkan rasa mual dan menaikkan performa. Pengalaman seperti ini menggarisbawahi satu hal: timing dan komposisi lebih efektif daripada diet yang canggih namun tidak konsisten.
Pilihan makan cepat yang bekerja (dan kenapa)
Pilihan yang saya rekomendasikan berulang-ulang karena praktis dan dibuktikan secara pengalaman: pisang, roti gandum atau roti putih dengan sedikit selai kacang, yogurt cair, atau bar energi ringan. Pisang memberikan potasium dan gula alami yang cepat diserap. Roti tawar dengan madu memberi karbohidrat cepat tanpa serat berlebih yang memperlambat pencernaan. Untuk sesi intens lebih dari 60 menit, gel atau minuman olahraga yang mengandung 30–60 g karbohidrat per jam bisa sangat membantu.
Catatan teknis: hindari makanan tinggi lemak dan serat sebelum lari. Lemak dan serat memperlambat pengosongan lambung; saat Anda berlari, perut yang berat membuat gerakan jadi tidak nyaman. Dalam praktek pelatihan saya, ketika pelari mengganti yoghurt penuh lemak ke yoghurt rendah lemak atau kefir cair, keluhan perut berkurang drastis dan pacing stabil lebih mudah dicapai.
Hidrasi, elektrolit, dan sedikit kafein untuk mood dan performa
Hidrasi bukan sekadar minum banyak air. Minum 200–300 ml air 15–30 menit sebelum lari sudah cukup bagi kebanyakan orang. Untuk lari panjang atau saat cuaca panas, tambahkan sedikit elektrolit — satu segelas minuman olahraga atau sejumput garam pada botol air—untuk membantu menahan natrium. Dalam pengalaman coaching, pelari yang mengabaikan elektrolit pada latihan panjang cenderung mendapat kram dan penurunan ritme lebih cepat.
Sedikit kafein sering jadi alat mental yang efektif: 100–200 mg 30–60 menit sebelum lari meningkatkan kewaspadaan dan rasa usaha terasa lebih ringan. Saya sendiri sering menasihati klien untuk mencoba dosis kecil dulu; jangan bereksperimen dengan kafein tinggi pada hari lomba jika belum pernah mencobanya dalam latihan.
Ritual psikologis yang melibatkan nutrisi — membuat lari terasa nikmat
Ritual bukan hanya soal bahan makanan. Ada komponen psikologis yang kuat: melakukan sesuatu dengan sengaja memberi sinyal pada otak bahwa tubuh siap. Saya menyarankan klien punya ritual 5–10 menit: minum seteguk, makan satu potong pisang, dan duduk atau berjalan pelan sambil bernapas mendalam. Rutinitas ini meredakan kecemasan dan menciptakan asosiasi positif antara makan kecil dan sensasi nyaman saat berlari.
Untuk yang ingin menambahkan elemen pemulihan, beberapa orang memasukkan CBD secukupnya sebagai bagian dari rutinitas malam atau pemulihan pasca-lari; jika Anda penasaran, ada banyak sumber produk yang dibahas secara luas, misalnya cbdoilconcentrates. Ingat: uji pada latihan, bukan pada hari lomba.
Penutupnya: nikmatnya jogging seringkali berasal dari kombinasi kecil—karbohidrat tepat, hidrasi sederhana, pilihan kafein yang bijak, dan ritual mental yang konsisten. Eksperimenlah secara terukur, catat hasilnya, dan jadikan yang berhasil sebagai kebiasaan. Dalam 10 tahun bekerja dengan banyak pelari, saya tidak lihat satu solusi ajaib—melainkan serangkaian kebiasaan kecil yang, bila disusun, membuat setiap kilometer terasa lebih mudah dan lebih menyenangkan.